Teori Bilangan; The Queen of Mathematics
Jangan
biarkan kenangan menjadikanmu berpuas diri.
Apa yang engkau temukan selama pencarian adalah hadiah-Nya bagimu. Tapi saat hadiah-Nya engkau buka jangan
jadikan ia sebagai tujuan---Shawni
Anda
tidak bisa mengajari sesuatu pada seseorang, anda hanya dapat membantu orang itu
menemukan sesuatu dalam dirinya---Galileo
Galililei
1.
Sejarah Teori Bilangan
Teori bilangan merupakan cabang matematika murni yang mempelajari sifat-sifat bilangan bulat. Bilangan pada
awalnya hanya digunakan untuk mengingat jumlah namun perkembangan perbendaharaan simbol dan kata-kata lalu matematika menjadi penting
bagi kehidupan---baik dalam teknologi, sains, ekonomi, dunia musik, filosofi dan hiburan serta aspek kehidupan lainnya. Sejarah perkembangan sistem bilangan berawal
dari zaman Paleolitikum atau zaman batu tua sekitar 30.000 tahun yang lalu. Tanda
yang digunakan mewakili suatu angka pada zaman tersebut berupa irisan-irisan
atau ukiran pada dinding gua, tulang, kayu, atau batu. Satu irisan menandakan satu benda, karena itu
sepuluh rusa kutub ditandai sepuluh ukiran.
Banyaknya tanda berkorespondensi satu-satu dengan benda yang dihitung. Di Persia, abad kelima sebelum masehi, sistem
bilangan digunakan simpul-simpul yang disusun pada tali. Suku Inca (abad ketiga
belas) menggunakan sistem yang sama dengan mengembangkan quipu---tali yang
disusun secara horizontal lalu digantung berbagai macam benang. Jenis simpul
yang digunakan, panjang, warna serta posisi benang menandakan tingkatan
kuantitas satuan, puluhan, dan ratusan. Beberapa peradaban juga menggunakan
sistem bilangan untuk merepresentasikan banyaknya obyek yang berbeda-beda
dengan menggunakan berbagai macam batuan---bangsa Sumeria abad keempat sebelum
masehi menggunakan batu tanah liat disebut calculi bahasa latin dari calculi
yakni calculus. Batu tanah liat kecil
berbentuk kerucut mewakili banyaknya satu obyek, berbentuk bola mewakili
banyaknya sepuluh dan batu tanah liat besar berbentuk kerucut mewakili enam
puluh.
Matematika Babilonia merujuk matematika
yang dikembangkan bangsa Mesopotamia (Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga
permulaan peradaban Helenistik berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk
membangkitkan Matematika Yunani. Di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia
(khususnya Baghdad) menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam. Pengetahuan Matematika Babilonia turun dari
lempengan tanah liat dalam tulisan paku
(tanah liat masih basah dibakar di dalam tungku atau dijemur matahari). Bangsa
Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia mengembangkan sistem
rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM bangsa Sumeria
menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan
geometri dan soal-soal pembagian meliputi;
pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik dan perhitungan bilangan
regular, invers perkalian dan bilangan prima kembar. Lempengan tersebut meliputi
tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal
(basis-60) sumber penggunaan bilangan 60 detik semenit, 60 menit satu jam dan
360 (60 x 6) derajat satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit
pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Babilonia memiliki
sistem nilai-tempat yang sejati di mana angka-angka yang ditulis di lajur lebih
kiri menyatakan nilai lebih besar (seperti sistem decimal).
Ketika bilangan maupun proses
berhitung semakin penting, maka suatu suku bangsa mulai mensistematiskannya,
ini dilakukan dengan mengurutkan bilangan kedalam kelompok tertentu, ukuran
kelompok ditentukan oleh proses pemasangan anggota. Sederhana koq, ilustrasi metodenya begini. Misalkan sebuah
bilangan, namakan b, dipilih sebagai basis untuk berhitung dan nama bilangan
diurutkan oleh bilangan 1,2,….,b. Bilangan lebih besar dari b diperoleh dari
kombinasi bilangan yang sudah ada.
Bilangan basis 10 dipilih tetap dipakai sampai hari ini di sistem
bilangan modern. Bilangan yang lebih besar dari 10 seperti 15 merupakan kombinasi 1 dan5. Terdapat
bukti-bukti bahwa bilangan lain dipakai sebagai basis. Penduduk asli Queensland
yang berhitung “one, two, two andone, two twos, dan much” untuk bilangan 1, 2,
3, 4, 5, dan 6, menggunkan 2 sebagai basis.
Suku di Tierra del Fuego menggunakan 3 sebagai basis dan suatu suku di
Amerika Selatan menggunakan 4 sebagai basis. Sistem bilangan basis 5 atau skalaquinary (quinary scale) beberapa
suku di Amerika Selatan dengan menghitung menggunakan tangan; ”satu, dua, tiga,
empat, tangan, tangan dan satu, tangan dan dua… dan seterusnya”. Petani Jerman
menggunakan kalender dengan basis 5 sekitar tahun 1800. Bilangan basis 12
pernah dipakai sebagai basis utama dalam hubungan ke ukuran, dasar membuat
kalender, ukuran jarak, satu kaki sama
dengan 12 inci, selusin jumlah 12, setahun 12 bulan dan lain sebagainya. Sistem
bilangan basis 20 atau skala vigesimal digunakan orang indian di amerika, suku
Maya, di Prancis, Denmark dan Wales. Sistem bilangan basis 60 atau skala
sexagesimal digunakan suku Babylonia
(Irak) untuk menghitung sudut, dan waktu.
Bilangan 1 sampai 9 muncul di India pada prasasti-prasasti
di abad ke-13, (angka 0 saat itu belum ditemukan). Gabungan angka yang
bergantung tempat dan ide dari angka 0 di India pada abad kelima setelah
masehi, Pada abad ke-9 matematikawan
Persia, Muhammad Ibn Musa Al-Khwarismi dalam perjalanannya dari Arab ke Eropa menulis buku “Buku
Penjumlahandan Pengurangan dengan Cara Bangsa India” menghasilkan sistem
bilangan baru dan membawa kemajuan dalam perhitungan dan perkembangan matematika
modern. Buku tersebutmenjadi terkenal di
Eropa dan selanjutnya diterjemahkan ke bahasa Latin pada abad ke-12 yang melahirkan
kolom aritmetika---menggunakan sistem
simpan dan pinjam pada metode perhitungan.
Awal
kebangkitan teori bilangan modern dipelopori Pierre de Fermat (1601-1665),
Leonhard Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre
(1752-1833), Dirichlet (1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866),
Giussepe Peano (1858-1932), Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963).
Sebagai seorang pangeran matematika, Gauss terpesona terhadap keindahan dan
kecantikan teori bilangan dan untuk melukiskannya, ia menyebut teori bilangan
sebagai The Queen of Mathematics.
Pythagoras (582-496 SM) matematikawan dan filsuf Yunani dengan teoremanya dikenal sebagai “Bapak Bilangan” memberikan sumbangan penting terhadap
filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Salah satu
peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan
bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan
jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).
2. Al khawarizmi Penemu Angka 0
Salah satu apresiasi kalangan
sarjana muslim klasik adalah banyaknya matematikawan Muslim yang merintis
perkembangan bidang telaah matematika. Menurut K. Ajram (1996) mengutip dari
berbagai sumber sejarah, matematikawan Muslim menumbuh kembangkan telaah-telaah
aljabar, artimatika, trigonometri, dan geometri analitik baik secara teoritis
maupun terapan. Menurut Bell sangat tidak adil jika
pembahasan tentang matematika hanya menekankan pada ide-ide matematika modern
saja tanpa memberi perhatian sewajarnya pada mereka yang telah merintisnya
karena kemungkinan langkah awal penemuan mereka sangat susah dan rumit.
'Al-Khwarizmi salah satu dari tokoh matematika Islam banyak memberikan
sumbangan berharga dalam bidang matematika, khususnya aljabar dan aritmatika. Smith dan Karpinski menggambarkan Al-Khwarizmi
sebagai tokoh terbesar pada masa keemasan Baghdad yang memberikan sumbangan
besar terhadap ilmu aljabar dan aritmatika. Sedangkan Khan menyatakan bahwa Al-Khwarizmi
adalah seorang ahli matematik yang terkemuka sepanjang zaman.
Abu Abdullah
Muhammad Ibn Musa Al-Khwarizmi
(Arab: محمدبنموسىالخوارزمي) seorang ahli
matematika, astronomi, astrologi, dan geografi asal Persia. Lahir sekitar tahun 780M di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan)
dan wafat sekitar tahun 850M. Hampir sepanjang hidupnya bekerja sebagai dosen
di Sekolah Kehormatan di Baghdad. Dalam Ensiklopedi Matematika
disebutkan hidup dalam abad ke sembilan (780 - 850 M). Suku kata Al-Khwarizmi
menunjukkan ia berasal dari Khwarizm, sebuah daerah di timur Laut Kaspia. Al-Khwarizmi diperkirakan hidup pada masa
pemerintahan Khalifah al-Ma'mun (813 - 833).
Khalifah al-Ma'mun adalah salah satu tokoh pengetahuan dunia yang
menjadi sahabat karib aAl-Khwarizmi- Khalifah al-Ma'mun menjadikannya sebagai
anggota Bayt al-Hikma di Baghdad. Khalifah Harun al-Rasyid
sebuah lembaga pendidikan yang meneliti ilmu-ilmu
pengetahuan dan terjemahan.
Karya-karya Al-Khwarizmi banyak mengacu pada tulisan
aljabar Diophantus (250 SM) dari Yunani
kemudian dikembangkan dalam
karya-karya aljabarnya. Menurut Gandz
matematikawan Barat dalam The Source of Al Khawarizmi’s
Algebra, Al Khawarizmi berhak mendapat julukan “Bapak Aljabar”
dibanding Diophantus, karena dialah orang pertama mengajarkan aljabar dalam bentuk
elementer serta menerapkannya dalam hal-hal yang berkaitan dengannya. Di bidang ilmu ukur, Al-Khawarizmi juga
dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma serta
hitungan desimal. Notasi penempatan bilangan dengan basis 10, penggunaan
bilangan irasional dan diperkenalkannya konsep Aljabar modern, membuatnya layak
menjadi figur penting dalam bidang Matematika dan revolusi perhitungan di Abad
Pertengahan di daratan Eropa. Dengan penyatuan Matematika Yunani, Hindu dan
mungkin Babilonia, teks Aljabar merupakan salah satu karya Islam di dunia
Internasional
Al-Khwarizmi banyak menghasilkan karya
monumental antara lain dalam bidang Astronomi dan Matematika. Dalam bidang
matematika memberikan sumbangan berharga
perkembangan aijabar dan aritmatika. la dikenal sebagai bapak Aijabar karena
karya monumental kitab a!-Jabr
Lua'I-MuqabaJah. Dalam bidang astronomi ia dikenal salah satu pendiri
bidang astrolabe dan menyusun kurang lebih seratus tabel tentang
bintang. Karya Aritmatika Al-Khawarizmi berjudul kitab Al-jam wa’ Al tafriq bi
hisab Al-hid (book of addition and substraction by the method of calculation) sebagai buku palajaran pertama yang
ditulis dengan menggunakan sistem bilangan desimal. Karya tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan berbagai sebutan
seperti Alchawarizmi, Al-Kharismi, Algoritmi dan sebagainya hingga sekarang kita kenal dengan nama
Algoritma (Algorithm) sebagai prosedur baku dalam suatu perhitumgan.
Angka arab yang kita gunakan sekarang yakni
bilangan 1 sampai 9 dan 0 merupakan salah satu dari karya Al-Khawarizmi. Angka
nol oleh orang hindu dinamakan sunya
(kosong atau tidak ada) dan orang Arab
menamakan sifr (kosong). Angka nol ditemukan ilmuwan Muslim Abu
Ja’far Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi lahir di Khawarizmi (sekarang Khiva),
Uzbekistan 194 H/780M. Pada awalnya digunakan Angka Romawi tapi karena terdapat
kesulitan saat melakukan penambahan bilangan
ratusan sampai ribuan lalu Al
Khawarizmi menggunakan angka dari
hindu yaitu 1-9...Pemakaian penambahan bilangan Angka
Romawi misalnya:
1990 = MCMXC
1994 = MCMXCIV
______________+
3984 = Susah
3984 = Susah
Selanjutnya angka 0 muncul ketika Al khawarizmi mengalami kebingungan, kalau dalam Angka Romawi sembilan belas ditulis XIX lalu Al khawarizmi menulis dalam angka hindu dalam
dua kotakseperti; [1] [9] namun ketika
sampai di bilangan puluhan seperti tiga puluh, dari romawi XXX ke angka hindu dibuat lagi
dua kotak, satu kotak dimuat angka tiga lalu satu kotak di biarkan 'kosong' oleh Al khawarizmi [3] [
].
Sebelum Al-Khawarizmi memperkenalkan
angka nol, para ilmuwan menggunakan semacam daftar yang membedakan satuan,
puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya.
Daftar yang dikenal sebagai abakus itu berfungsi menjaga setiap angka
dalam bilangan agar tidak saling tertukar dari tempat atau posisi mereka dalam
hitungan. Sistem tersebut berlaku hingga
abad ke-12 M, ketika para ilmuwan Barat mulai memilih menggunakan raqm al-binji
(angka Arab) dalam sistem bilangan mereka.
Raqm al binji menggunakan angka “nol” yang diadopsi dari angka India,
menghadirkan sistem penomoran desimal yang belum pernah digunakan
sebelumnya. Lewat buku pertamanya, Al- Mukhtasar fi Hisab al-Jabrwa al-
Muqabalah (Ringkasan Perhitungan Aljabardan Perbandingan), Al-Khawarizmi
memperkenalkan angka nol yang dalam bahasa Arab yang disebut shifr. Karya
monumental itu juga membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat.
Buku tersebut diterjemahkan di London pada 1831 oleh matematikawan Inggris
Fredrick Rosen dan selanjutnya diedit dalam bahasa Arab pada 1939 oleh dua
matematikawan Mesir, Ali Mustafa Musyarrafa dan Muhammad Mursi Ahmad.
Sebelumnya pada abad 12 karya tersebut
diterjemahkan oleh se orang matematikawan asal Chester Inggris yakni
Robert (Latin: Robertus Castrensis) dengan judul Liber Algebras et
Al-mucabola. Pada abad yang sama
kemudian diedit oleh matematikawan asal New York, LC Karpinski. Versi ke
duanya, De Jebraet Almucabola, ditulis oleh Gerard da Cremona (1114–1187),
matematikawan dan penerjemah asal Italia. Dengan demikian, meski telah
diperkenalkan di pertengahan pertama abad ke-9, angka nol baru dikenal dan
digunakan oleh kalangan ilmuwan Barat dua setengah abad kemudian.
3. Makna
Filosofis Angka Nol
Pada abad ke-12,
matematikawan Muslim asal Spanyol, Ibrahim ibn Meir ibn Ezra, menulis tiga
risalah mengenai angka yang membawa simbol- simbol India dan pecahan desimal ke
Eropa hingga mendapatkan perhatian dari sejumlah ilmuwan di sana. Risalah
berjudul The Book of The Number menjelaskan tentang sistem desimal untuk
bilangan bulat dengan nilai tempat dari kiri ke kanan. Ibn Ezra menggunakan nol dengan sebutan
galgal (yang berarti roda atau lingkaran).
Selanjutnya, pada 1247, matematikawan Cina, Ch’in Chiu-Shao, menulis
Mathematical Treaties in Nine Sections yang menggunakan simbol O untuk nol dan
1303 Zhu Shijie menggunakan simbol yang sama untuk nol dalam Jade mirror of the
Four Elements.
Zero = 0
= Empty = Kosong (Nol).
Bahasa Inggris
‘zero’ (nol) berasal dari bahasa Arab ‘sifr’, suatu terjemahan literal dari
bahasa Sanskrit “shûnya” yang bermakna “kosong”. Runtutan keterkaitan bahasa
dari masa ke masa: shûnya (Sanskrit) -> (Ancient Egypt/Babylonia) ->
(Greek/Helenic) -> (Rome/Byzantium) – sifr (Arab) -> zero (English) ->
nol; kosong (Indonesia). Angka 0 ditolak oleh Aristoteles karena dianggap angka terkutuk, menciptakan konsep “ketiadaan” dan dianggap
menghina Tuhan, maka itu Paus Roma melarang penggunaan angka tersebut, dan
hukuman berat bagi yang menggunakannya. Bahkan sistem penanggalan masehi
tidak diawali angka nol tapi dimulai dari satu dalam bentuk deret seperti :
…-3,-2, -1, 1, 2, 3,…
1.
Lambang
bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan
9 sebagai konstanta menentukan banyaknya benda.
Apabila lambang 1 sampai 9 menyatakan
banyaknya benda maka lambang 0 digunakan
untuk menyatakan sesuatu
benda nyata yang tidak ada. Sebagai misal; lima buah apel di meja, digunakan untuk menyatakan 5 apel sedang di atas meja
tidak ada buah apel, digunakan 0 apel.
Jika di meja ada 8 buah jeruk dinyatakan dengan 8 jeruk sedang jika di meja
tidak ada jeruk dinyatakan dengan 0 jeruk.
Logikanya bahwa lambang bilangan 0 mewakili sesuatu benda
nyata yang tidak ada.
2.
Dalam struktur
angka,
bilangan bulat terdiri dari {…-3,-2,-1,0,1,2,3…}, semua angka (kecuali
0) punya nilai (+) dan (-) tetapi angka 0 tidak memiliki tanda (+) dan
(-). Filosofi; angka 0
keseimbangan dunia dan akhirat, tentang sesuatu yang telah terjadi dan
yang akan datang. Jika tanda (-)
memiliki arti telah terjadi maka makna (+), dengan apa saja yang belum terjadi
termasuk kehidupan setelah mati.
3.
Sebuah
bilangan (positif maupun negatif) jika dijumlah atau dikurang dengan 0 nilainya
tidak berubah sehingga kehadiran bilangan 0 pada
penjumlahan dan pengurangan tidak punya peran dan dapat diabaikan. Misalnya 5 +
0 = 5 atau -23 + 0 = -23 atau 12 - 0 = 12 atau -34 - 0 = -34. Filosofinya :
sesuatu yang tidak benar-benar ada jika ditambahkan atau dihilangkan/dikurangkan
dari apapun yang telah bernilai tak akan merubah nilainya.
4.
Sebuah bilangan (positif atau
negatif) jika dikalikan dengan 0 akan menghasilkan 0. Misalnya 72 x 0 = 0 atau
0 x -56 = 0. Filosofinya : sesuatu yang
bernilai dan ingin menggandakan nilainya hindari sesuatu yang tidak bernilai,
karena semua nilai yang ada menjadi tiada.
5.
Sebuah bilangan (positif atau
negatif) jika dibagi dengan 0 maka hasilnya tidak dapat didefinisikan. Misalnya 5 : 0 = tidak terdefinisi. Disini peran angka 0 benar-benar mencapai
titik yang tidak terduga, dimana sebuah bilangan yang pada awalnya
bernilai akan menghasilkan sesuatu yang tidak hanya tak bernilai namun justru tidak
berarti (tidak didefinisikan). Filosofinya: ketika sesuatu yang bernilai dibagi
nol atau dapat diartikan tidak dibagi pada siapapun, maka sesuatu yang
bermanfaat itu tidak hanya tak bernilai namun justru tidak berarti.
6. Sifat
penjumlahan dan perkalian angka yang sama. Untuk setiap bilangan
kecuali 0 perhitungan penjumlahan suatu bilangan yang sama menghasilkan
bilangan yang lain. Contohnya, misal
dengan penjumlahan : 2 +2 = 43 x 3 = 9-1 x
(-1) = 1123 + 123 = 246 sehingga dari
bilangan di tersebut jika divariabelkan di dapat : x + x = ya x a = b. Lalu bagaimana dengan angka 0, jika 0 + 0 =
0, maka : x +x = x ?????a x a = a ????? Filosofinya dalam kehidupan sehari-hari manusia
memiliki kekurangan dan kelebihan, jika kita tidak mempunyai sosialisasi dengan
orang lain yang tidak dapat saling membantu, maka kita akan sia-sia. Kekurangan
kita akan bisa tertutupi dengan orang yang bisa lebih atas kekurangan kita.
7.
Sifat
pengurangan angka yang sama. Setiap bilangan yang sama dikurangkan
satu sama lain hasilnya adalah 0. Contoh; :9 – 9 = 0 atau 5–5 = 0 termasuk 00–0 = 0.
Filosofinya, jangan meremehkan seseorang yang kita anggap tidak ada
gunanya, karena kita merasa lebih terhadap lebih dari orang lain.
8.
Sifat
pembagian angka yang sama dan 0 pangkat 0. Setiap bilangan yang sama
jika dibagi dengan angka itu sendiri pasti akan menghasilkan 1 (kecuali 0),
mengapa? Contoh
:87
: 87 = 1999 : 999 = 1-3 : -3 = 1Jadi disimpulkan :x : x = 1Tetapi mengapa tidak
berlaku dengan 00 : 0 = tak tentu, mengapa bukan 1? Karena untuk 0 x a = 0,
untuk a setiap bilangan, maka 0 : 0 = a, untuk a setiap bilangan, maka 0 : 0
adalah tak tentu, ini juga sama halnya dengan 0 pangkat 0 dapat dijadikan
dengan 0 : 0 Penjelasan : 0^0 = 0^1-1 = 0^1 x 0^-1 = 0^1 / 0^1 = 0 : 0. Filosofinya; mempertimbangkan tujuan
hidup dengan berpusat pada hasil dengan rencana dan usaha yang seimbang.
9. Dalam bilangan asli, lambang bilangan 0 jika diletakkan
pada sisi sebelah kanan (di urutan belakang) menunjuk nilai sesuai letaknya,
sedang jika diletakkan di sisi paling kiri (urutan terdepan) tidak punya arti apapun. Misalnya bilangan
999, jika sisi kanan ditambah bilangan 0
menjadi 9990 namun jika diletakkan di
sisi paling kiri menjadi 0999. Filosofinya bahwa sesuatu yang tidak nyata ada
tidak akan bernilai jika ditempatkan pada posisi paling depan dan posisi
terdepan adalah mereka yang nyata punya nilai.
10. Bilangan
berpangkat 0 (kecuali
0) sebesar apapun kalau di pangkatkan ”0” hasilnya ”1” Misalnya; besaran
999.999.999 dipangkatkan ”0” jadi 1.
Filosofinya, pangkat tinggi tidak berguna tanpa memiliki kemampuan.
4. Keajaiban Filosofi
Angka (1-9) Bahasa Indonesia
Setiap bangsa, negara dan daerah memiliki
penyebutan sendiri untuk angka satu, dua sampai dengan sepuluh. Misalnya angka
tiga kita menyebutnya di Indonesia tapi negara lain menyebutnya tri, three, san,
tolu dan lain sebagainya. Langsung saja.
Di sini bukan mengajarkan Anda berhitung tapi coba perhatikan deretan
angka-angka di bawah ini.
1 = Satu
2 = Dua
3 = Tiga
4 = Empat
5 = Lima
6 = Enam
7 = Tujuh
8 = Delapan
9 = Sembilan
2 = Dua
3 = Tiga
4 = Empat
5 = Lima
6 = Enam
7 = Tujuh
8 = Delapan
9 = Sembilan
Setiap bilangan dengan huruf awal yang sama dijumlahkan hasilnya sepuluh. Contoh; Satu dan Sembilan (1+9) punya
huruf awal S dan bila djiumlahkan
hasilnya sepuluh. Dua
dan Delapan (2+8), Tiga dan Tujuh (3+7), kemudian Empat dan Enam (4+6). Terurut
sampai dengan angka Lima dijumlah dengan dirinya sendiri (5+5) hasilnya sepuluh. Huruf awal juga punya peranan penting terbentuknya
bilangan . Misalnya Satu dan Sembilan sama-sama huruf
awalnya adalah S yang berada pada urutan 19 dalam alpabet. Bila angka satu dan
sembilan dijumlahkan kemudian dibagi dua untuk mencari rata-ratanya maka
hasilnya adalah 5. Bentuk angka 5 sangat identik dengan huruf S. kemudian
ditambahkan, akan menjadi 10. Angka 10 dipisah n ditambahkan, menjadi angka 1,
yg merupakan wujudnya Allah yg Maha Satu, Maha Tunggal, Maha Esa.(19 = 1 n 9 =
1+9 = 10 = 1 n 0 = 1+0 = 1)
Karena angka 5 dengan dirinya
sendiri (5) sehingga apabila ditambahkan akan menjadi 5+5 = 10=1 n 0 = 1+0 = 1
(Tuhan yg Maha Esa). Dalam putaran waktu yg dihitung dengan jam, jarak setiap angka dalam 12 angka dalam
hitungan jam, adalah 5 menit. Selanjutnya,
tentang perkataan Dua dan kata Delapan. huruf awalnya adalah D
yang menempati urutan keempat dalam abjad. Bila delapan dibagi dua maka
hasilnya adalah empat (pembenaran). Selanjutnya
Perkataan Empat dan kata Enam masing-masing huruf awalnya adalah E diurutan
kelima. Lima berada diantara Empat dan Enam (pembenaran lagi).
5.
Daftar Pustaka
Katz,
Steven T (ed). "Menembus Jantung Pengalaman Mistis".
Yogyakarta: Unggun Religi, 2004.
Seife, Charles. "Biografi Angka Nol". Yogyakarta: e-Nusantara, 2008.
Zimmer, Heinrich. "Sejarah Filsafat India". Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Seife, Charles. "Biografi Angka Nol". Yogyakarta: e-Nusantara, 2008.
Zimmer, Heinrich. "Sejarah Filsafat India". Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Alcapone, Oktober 2017
Teori Bilangan; The Queen of Mathematics
Reviewed by Alfian
on
Oktober 30, 2017
Rating:

Tidak ada komentar: