Michael
Polanyi ; Segi Tak Terungkap Ilmu Pengetahuan
Kita berada dalam tegangan antara
ada dan menjadi; antara dunia faktisitas kita dan dunia yang harus kita
ciptakan---Michael Polanyi
A. Pendahuluan; dari Ilmuan ke
Filsuf
Michael Polanyi kebangsaan Yahudi, lahir di Budapest Hungaria 11 Maret 1891. Setelah tamat Fakultas kedokteran di
Universitas Budapest tahun 1913 meneruskan studinya dalam bidang kimia dan
fisika dan tahun 1917 memperoleh gelar
doctor. Perang Dunia Pertama berakhir
1920 ia menjadi anggota Institute of
Fibre Chemistry di Berlin-Dahlem dengan menggeluti masalah sinar X dan di Institute
of Physcal Chemistry mendalami masalah reaksi kinetik. Setelah Hitler muncul sebagai pemimpin
Jerman, Polanyi pindah ke Manchester di Inggris tahun 1933---tahap pergeseran dari ilmuwan bidang kimia dan fisika murni di
Jerman kepada filsafat. Masalah filsafat
yang digelutinya adalah hubungan antara
pengetahuan dan masyarakat yang menjadi titik tolak dari seluruh uraiannya
tentang pengakuan akan Pengetahuan Tak Terungkap sebagai dasar bagi
pengembangan yang bebas dari ilmu pengetahuan.
Pengembangan ilmu pengetahuan salah satu tesis penting Polanyi, menuntut kehidupan kreatif masyarakat
ilmiah yang pada gilirannya didasarkan pada kepercayaan akan kemungkinan
terungkapnya kebenaran-kebenaran yang hingga kini masih tersembunyi.
B. Matinya Positivisme
Masyarakat kita pada umumnya dan
masyarakat ilmiah pada khususnya dewasa ini menurut Polanyi telah menghidupi suatu pandangan positivisme dengan melihat objektivitas dalam bidang
pengetahuan manusia pada umumnya dan pengetahuan ilmiah pada khususnya sebagai
tujuan ; dan tujuan itu dapat dicapai dengan syarat bahwa fakta yang diteliti ,
metode yang dipakai untuk memahami realitas, serta pembuktian yang dipakai
untuk menguji kebenaran harus lepas dari personalitas manusia.
Kekeliruan tesis positivisme menurut
Polanyi; Pertama sikap yang menolak
cita rasa estetis dan nilai-nilai moral serta ikatan-ikatan sosial. Situasi ini oleh Polanyi disebut inversi atau
pemutarbalikan estetis dan moral, suatu kondisi dimana cita rasa estetis dan
moralitas menjadi dasar tersembunyi bagi kegiatan-kegiatan yang jelas-jelas
tidak manusiawi. Padahal cita rasa
estetis dan moralitas merupakan suatu yang intim pada manusia dan menuntut manusia untuk menghargai keindahan,
kemurahan hati, dan ikatan-ikatan sosial suatu masyarakat. Kedua dari sudut epistemologi adalah bagaimana seseorang dapat
memiliki suatu pengetahuan. Penemuan (Discovery) pengetahuan merupakan
masalah penting dan karena itu usaha mencari faktor-faktor yang memunculkan
pengetahuan lebih penting dari usaha mencari verifikasi dengan pengukuran positif
terhadap pengetahuan.
C.Pengetahuan Tak Terungkap
Buku; Segi Tak Terungkap Ilmu Pengetahuan
mengangkat ke permukaan pengetahuan
tak terungkap sebagai bagian tak terpisah dari sistem pengetahuan manusia dalam
masyarakat apapun. Dipandang secara
fenomenologis, pengetahuan manusia dapat dibedakan atas dua macam; Pengetahuan Eksplisit dan Pengetahuan Tak Terungkap. Pengetahuan Eksplisit adalah pengetahuan yang
terungkap dalam kata-kata, simbol-simbol dan formula-formula matematis sedang
Pengetahuan Tak Terungkap adalah pengetahuan yang berada pada ambang kesadaran
manusia dan telah menjadi bagian dari diri manusia---dasar dari semua
pengetahuan manusia. “Kita tahu lebih banyak dari pada yang dapat kita
ungkapkan” merupakan ungkapan yang menjelaskan tesis tersebut. Pengetahuan Tak Terungkap merupakan integrasi
intelektual atas unsur-unsur pengalaman personal kedalam satu kesatuan
pemahaman. Pemahaman berarti aktivitas
inteligensi manusia dalam mengartikan dan memahami realitas. Sementara pemahaman atas keseluruhan realitas
hanya dicapai melalui proses integrasi personal atas fakta-fakta
partikularnya. Dengan demikian
pengetahuan manusia mengandung dua aspek : Pertama,
pengetahuan tentang keseluruhan realitas, dan Kedua, pengetahuan tentang fakta-fakta partikularnya. Dan kedua aspek pengetahuan ini di dekati
dengan cara yang berbeda-beda.
Seperti para fenomenolog, Polanyi
menyelidiki segi-segi kasadaran manusia sebagai syarat bagi terbentuknya
pengetahuan. Pengetahuan didasarkan pada kesadaran manusia dan ciri dasarnya tidak
hanya kesadaran akan sesuatu yang lain atau intensionalitas, melainkan juga
kesadaran dari sesuatu kepada sesuatu yang lain. Dengan demikian kesadaran manusia dibedakan
atas dua macam; pertama disebut kesadaran
fokal dan kedua kesadaran subsidier. Kedua jenis
kesadaran tersebut membentuk dua kutub pengetahuan manusia sedemikian rupa
sehingga kesadaran fokal tergantung pada kesadaran subsidier. Bekerjanya kedua kesadaran tersebut membuat kita
berada dalam tegangan antara ada dan menjadi
: antara dunia faktisitas kita dan dunia yang harus kita ciptakan.
Pengetahuan manusia disamping bersifat personal juga memiliki struktur dari-kepada; dari kesadaran subsider kepada kesadaran
fokal. Jadi pengetahuan berarti berorientasi dan karena “berorientasi” maka
pengetahuan dengan struktur dari-kepada ini
tidak hanya berarti “memberikan pengetahuan pada” tetapi juga berarti
“melibatkan seluruh diri saya” dalam hidup saya. Menurut Polanyi, aktivitas murni adalah ilusi
sementara gagasan tanpa imajinasi Sang Ego tidak mungkin terciptakan. Memahami dunia berarti membuat dunia dan
sekaligus diciptakan dunia, memiliki dunia sekaligus dimiliki dunia.
Alcapone, Desember 2017
Sumber ;
Michael
Polanyi . 1996. “Segi Tak Terungkap Ilmu Pengetahuan”,
Jakarta Gramedia.

Tidak ada komentar: